Girly, Stylish, sambil angkat kain diatas betis, itulah dirimu.
Kulit putih mulus, rambut halus, berjalan lenggak-lenggok bak model tersohor yang aku tahu meski tanpa alasan fulus,kau rela melakukannya dengan tulus.
Oke,kuanggap level kecantikanmu lulus.
Sorot matamu tajam serta lurus, dan senyum yang kau pamerkan itu,ah..entah berapa waktu mesti kutebus.
Dan dari semua itu, caramu berbusanalah yang entah mengapa bagai sebuah jurus yang bisa membuat kaum ku terjerumus!
Tapi inilah kehebatanmu, kau akan akan bilang otak kami kotor,otak kami mesum,kami haus dan rakus!
Aku tertawa tidak lucu mendengarmu.
Oke, baiklah kami akan mengabaikanmu. Benar-benar mengabaikanmu.
Anehnya kau kembali berkata, kami tidak normal, kami penyuka sejenis.
Hah Nona! Aku kembali tertawa tidak lucu. Kali ini dengan emosi.
Apa yang engkau mau?!
Atas nama KEBEBASAN kau bisa pamerkan tubuhmu, seharusnya atas nama KEBEBASAN juga aku bisa memandangmu. (kau punya paha dan aku punya mata, seharusnya selesai)
Kau payah menilai kaumku. (Jadi) wajar jika kaum ku salah menilaimu.
Aku merasa ada yang ganjil dalam pembelaanmu. Entah emansipasi, entah kebebasan ekspresi,.
Sebenarnya aku paham, kau (sangat) ingin dipahami! Tapi kau enggan memahami!
Kau (sangat) ingin dihargai! Tapi bahkan kau tak tahu seberapa berharganya dirimu sejak dini.
Aku heran, kalau kau boleh,kenapa aku tidak?
(dari aku yang bukan aku sebenarnya)
*********************
Di suatu kelas.
Ayu : “Aduuh… Hendra nih, pukul-pukul, sakit tauk!”
Hendra : “Kamu tuh duluan! Cewek gila!”
Bu Guru : “Hendra! Ayu! Ya ampun kalian kaya’ anak SD!”
Hendra : ”Dia tu Bu, orang lagi diam, dipukul. Aku tu diam aja Bu, dia lewat sini,eh mukul. Ya kupukul lagi dong”
Bu Guru : ”Yang benar Yu?”
Ayu : ”Becandaan aja Bu, aku mukulnya pelan aja kok!”
Bu Guru : (Berusaha menengahi, dan geleng-geleng tak percaya, macam anak kecil saja, padahal sudah baligh)
Sebagian Murid lain : (Cengar-cengir senang karena pelajaran jadi terganggu, sambil menimpali kawan yang bertengkar)
”Udah Bu, bawa ke KUA kawinin aja.”
Sebagian lainnya : (pelototin buku pura-pura sibuk mengerjakan tugas, sambil sesekali pelototin teman yang bertengkar, buku> teman > buku> teman, begitu seterusnya hingga situasi aman untuk ribut kembali)
Murid yang tersisa : sangat cuek dengan situasi,tak peduli siapa menang siapa benar, yang penting maju ke depan dan berkata : ” Bu, izin ke toilet yaa..”
Bu Guru :(serba salah) “ya udah, jangan lama-lama ya.”
Murid yang tersisa : “Makasih Bu, ayo Gus..” (izin sendirian,tapi ngajak teman)
Si Agus : “Ayo Kri, cepetan.” (gak diizinin, ngajak teman)
Si Bakri : “Par..Par.. mau ikutan gak? Permisi Bu.” (senyum biar Guru gak marah sambil akting kebelet)
Si Parto :”Hah, Lho kok aku… Permisi ya Bu.” (biarpun gak kebelet dan gak diizinin tetep keluar kelas juga)
Hendra dan Ayu : (masih tetap bertengkar)
Hendra : ”Memangnya kenapa kalau kamu cewek, kalau kamu berani megang-megang aku,aku juga bisa, kalau kamu bisa mukul aku, aku juga bisa.”
Ayu : Terdiam.
Bu Guru : Melerai dan membiarkan mereka berpikir sudah waktunya mereka bersikap dewasa, kemudian berjalan secepatnya ke toilet murid, karena sudah habis masa-nya bagi keempat anak itu untuk main di toilet
***
(Sesungguhnya hanya hukum-hukum Allah lah yang Maha Adil ditujukan bagi laki-laki dan perempuan)
-1.280990
116.834000