Perfume : The Story of a Murderer


Perfume : Dastanbooks.com

Judul : Perfume
Sub judul : The Story of a Murderer
Penulis : Patrick Suskind
Penerbit: Dastan Books
ISBN : 9789793972053

Karya sastra yang unik dan cerdas… The Boston Globe
Penuturan-kisah yang sungguh luar biasa… The Cleveland Plain Dealer

Ada yang bisa mengidentifikasi bau bayi seperti apa? Biasanya sih jawabannya: enak. Tokoh kali ini bernama Jean-Baptiste Grenouille, lelaki yang indera penciumannya melampaui rata-rata manusia yang semenjak bayi tidak memiliki bau tubuh. Lahir pada 17 Juli 1738 di Paris, ia dibuang ibunya di tempat sampah, diambil oleh biara setempat dan diberi ibu susu. Kemudian dikembalikan lagi karena si ibu susu menganggap bayi Grenouille dirasuki setan hanya karena ia tidak memiliki bau sebagaimana bayi pada umumnya. Ini mengejutkan bagi pendeta yang kemudian melanjutkan pengasuhan namun akhirnya –dengan perasaan ngeri pula- diserahkan pada Madame Gaillard, perempuan bertangan besi yang siap menampung anak siapa dan apa saja.

Sampai sini saya meyakinkan diri bahwa Patrick Suskind tidak akan salah memilih pengasuh yang akan membesarkan sang kriminal. Madame Gaillard -walaupun tidak terlalu dicondongkan dan tidak banyak dialog- tapi cukuplah merepresentasikan bahwa perempuan ini memiliki ketiadaan emosi, cukup untuk membesarkan sang kriminal tanpa kasih, cinta, kehangatan dan ketiadaan jiwa. Si kecil Grenouille yang pada usia 6 tahun penciumannya kian mengagumkan. Dugaan saya, anak seperti ini akan diasingkan lingkungannya, pendiam, alih-alih disebut nakal. Dan begitulah, bodoh- anggapan gurunya- ditambah fisiknya yang buruk. Hanya Madame Gaillard yang melihat keajaiban (atau lebih tepatnya keanehan) anak asuhnya. Grenouille bisa pergi ke tempat tergelap kapan pun ia mau dan kembali dengan aman di saat anak-anak lain takut akan gelap, tahu kehadiran seseorang, tahu tempat tersembunyi rahasia Madame Gaillard terpencil sekali pun. Yang tidak orang lain tahu ialah semua itu berkat hidungnya yang mengagumkan. Seorang Grenouille mampu memilah-memilah aroma, bau asap yang tidak hanya terdiri atas sekepul asap, jenis susu entah berasal dari sapi yang mana, yang dimakan sapi tersebut, dicampur dengan apa susunya. Ini mengingatkan saya pada emak-emak yang lidahnya mahir saat mencicipi kare dan tahu bahwa ada rasa ketumbar di dalamnya, cabe kering, kemiri, daun kare, santan dan lain-lain sementara buat saya kare adalah kare, hehehe.

Sejumlah pekerjaan, perjalanan, harapan, impian dilakoni berdasarkan panduan hidungnya. Apa yang Patrick Suskind tulis di sini seolah menampar indera yang lain, dikala manusia lain memprioritaskan indera penglihatan, tidak bagi Grenouille. Dari situlah sang kriminal jatuh cinta. Tidak tanggung-tanggung, ia jatuh cinta pada aroma perawan. Selayaknya orang yang dilanda asmara, Grenouille hanyut dibawa perasaan memiliki. Karena hanya aromanya saja yang membuai Grenouille, maka yang bisa dipikirkannya hanya membuat aroma itu selalu ada bersamanya. Bagaimana caranya? Menjadikan parfum, itulah hasratnya. Yang menarik dari kisah ini adalah cara Patrick Suskind menjadikan Grenouille berusaha meramu proses pembuatan parfum yang detail- tahap demi tahap sesuai peralatan pada masa itu. Plus mengenal jenis-jenis parfum. Sehingga bukan kisah pembunuhan yang terasa bergelora yang saya dapat, melainkan datar. Datar dan terkesima, pada gaya tulis Patrick Suskind dan ide yang muncul di kepalanya, pada Grenouille, manusia yang tumbuh tanpa rasa cinta, yang membunuh 24 perawan demi obesesinya pada 1 perawan lagi yang telah lama dinanti. Seharusnya saya menyebutnya keji, tapi saya berharap menemukan ending yang sedikit (saja) bisa membuat haru, dimana seseorang bisa memberikan cinta, memperlakukannya sebagai manusia, atau membiarkan Grenouille bertobat. Mungkin iya, Patrick Suskind memberikan saya secuil harapan itu.

Sentuhan Patrick Suskind yang terus-terusan menggelitik hidung membuat saya berpikir tentang pengoptimalan fungsi pengendus. Saya pribadi tipe orang yang cenderung memanjakan mata, indera yang lain nomor dua. Jelas, saya jadi doyan mengendus setelah membaca buku ini, hehe. Sisi kelam Grenouille juga tidak berhasil menakut-nakuti saya (menakutkan iya, tapi tidak menakut-nakuti. Bedanya dimana ya?) hanya membuat larut dan iba. Namun, banyak sekali bagian-bagian yang buat saya berat dan berasa hiperbola, sampai-sampai saya lewati saja bagian itu. Ada juga yang janggal, yaitu saat Grenouille memproses perawan menjadi parfum. Mungkinkah agar tidak ada satu pun pembaca yang akan meniru jejak sang kriminal?
Yang saya acungi jempol untuk kejeniusan Grenouille dan kerja kerasnya.

***